Sabtu, 03 November 2018

You shall not make for yourself on Idol


Hukum kedua serta Implikasinya dalam Pendidikan
“You shall not make for yourself on idol”
Hukum yang kedua ini memiliki prinsip moral yaitu Worship to God (Ibadah kepada Allah). Penyembahan sejati hanya kepada Allah saja.  Setiap penyembahan yang tidak kepada Allah adalah salah atau tidak benar. Hukum kedua ini menuntut ketundukan penuh hanya kepada Allah. Prinsip ini membawa kita keluar dari ibadah yang salah atau keliru kepada ibadah yang sejati yaitu penyembahan yang hanya tertuju kepada Allah.
The commandment has two parts. The first restrains our license from daring to subject God, who is incomprehensible, to our sense perceptions, or to represent him by any form. The second part forbids us to worship any images in the name of religion (Decalogue John Calvin).


1.                  Restrains our license from daring to subject God, who is incomprehensible, to our sense perceptions, or to represent him by any form.

Dari point ini ada sebuah tuntutan untuk hanya tunduk kepada Allah saja. Ketundukan ini adalah ketundukan seluruh kehidupan (total). Dalam hal ini ada prioritas yang jelas dalam menjalani kehidupan ini.  Arah penyembahan menjadi sangat jelas yaitu hanya kepada Allah saja.

2.                  Forbids us to worship any images in the name of religion
Point yang kedua ini adalah bentuk larangan untuk memuja gambar dalam bentuk apapun. Hal ini sama halnya dengan membuat bangsa Israel sama dengan bangsa yang ada disekitar mereka. Ciri mereka yang berbeda dengan kepercayaan atau penyembahan kepada Allah adalah dengan tidak memuja atau membuat patung atau gambar yang menyerupai Allah.
Tujuan dari hukum kedua ini adalah memberikan pandangan seperti apa penyembahan (Worship) atau ibadah kepada Allah yang benar. Ibadah yang benar dan sah adalah ibadah yang ditentukan oleh Allah sendiri. Ibadah diluar yang telah ditentukan oleh Allah tidak sah (not lawful worship). Ibadah yang sah adalah ibadah yang bersifat spiritual yaitu menyembah dalam roh dan kebenaran. Oleh karena itu, ibadah yang sejati atau sah tidak harus dibarengi dengan seremonial atau upacara-upacara keagamaan.
Penyembahan yang bukan kepada Allah merupakan menyembahan yang menodai keilahian Allah. Fokus ibadah atau pusat penyembahan kita adalah Allah. Standar ibadah yang dipakai adalah standar Allah. Prioritas dalam hidup ini adalah penyembahan kepada Allah. Jika prioritas hidup kita bukan Allah berarti kita sedang tidak menyembah Allah yang sejati. Oleh karena itu, dilarang menyembah, berdoa dan memohon kepada allah-allah lain selain Allah serta dilarang melakukan ibadah atau penyembahan yang salah atau yang tidak sesuai dengan ketetapan Allah.

Implikasi dalam dunia pendidikan
Melihat dari penjelasan di atas, banyak hal yang seharusnya tidak kita lakukan. Sebagai contoh tujuan atau prioritas hidup kita. Prioritas hidup kita harusnya Allah yang lebih utama bukan karier, kekuasaan ketenaran dan kesuksesan. Di dalam Pendidikan Kristen seharusnya kita memberitakan kebenaran ini yaitu penyembahan sejati hanya kepada Allah saja. Setiap kegiatan kerohanian yang ada di sekolah seperti devosi guru atau siswa, pelajaran agama harus pusat utamanya adalah Allah.
Mengapa kita harus belajar? Tujuan utama dalam belajar adalah untuk mengenal Allah. Belajar untuk takut akan Tuhan, menghormati serta tunduk pada otoritas Allah termasuk di dalamnya bagaimana kita beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam pendidikan bukan hanya ibadah yang bersifat tidak penting atau hanya pelengkap kurikulum. Ibadah yang benar dan sejati pasti mengubah hidup begitu juga dalam belajar. Ibadah yang berpusat kepada Allah membuat siswa dan guru:

1.      Hormat kepada Allah
Ibadah apapun yang kita lakukan seharusnya merupakan ibadah yang berlndasakn hormat kepada Allah. seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa hukum kedua ini menuntut kita untuk tunduk hanya kepada Allah. Sikap tunduk kita kepada Allah adalah bentuk hormat kita kepada Allah karena Ia telah menjaga dan memelihara hidup kita. Rasa hormat kepada Allah ini terlihat lewat setiap hal yang kita kerjakan dalam dunia Pendidikan. Apakah setiap hal yang kita kerjakan tujuannya untu kemuliaan Allah atau untuk kemuliaan diri.
2.      Kagum kepada Allah
Melalui ibadah yang kita lakukan seharusnya membuat kita kagum akan karya Allah dalam hidup kita. Hal yang bisa kita lakukan dalam Pendidikan adalah menyertakan siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan dengan pengalaman hidup mereka. Selain itu juga, seorang guru harus menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman kehidupan rohani yang semakin mengasah rasa kagum mereka kepada Allah.



3.      Bersyukur kepada Allah
Bersyukur kepada Allah atas pemeliharaan dan penyertaannya dalam hidup kita. Melalui ibadah biarlah siswa atau para murid belajar untuk bersyukur kepada Allah. Mereka masih diberikan kesempatan untuk belajar juga merupakan anugerah yang seharusnya membuat mereka bersyukur. Bersyukur dan kagum kepada Allah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dalam setiap pembelajaran atau materi yang disampaikan seharusnya membuat siswa kagum dan bersyukur kepada Allah yang adalah sumber hikmat, pengetahuan dan kebenaran.
Ibadah adalah penyembahan kepada Allah yang melebih dari upacara-upacara yang terbatas buatan manusia. Penyembahan atau ibadah kepada Allah tidak terlepas dari perbuatan kita. Seluruh kehidupan kita seharusnya menjadi penyembahan kita kepada Allah. Prioritas dalam hidup ini seharusnya untuk kemuliaan Allah. 


Refrensi
Calvin, J. Decalogue: Explanation of The Moral Law (The Ten Commandments)
Materi dari mata kuliah Etika Kristen, Kamis 1 Oktober 2018.



Tanda Gereja yang Sejati.

3 Tanda Gereja yang sejati Oleh Nelis Daka Menurut Calvin, seorang reformator mengatakan bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan. Menurut...