Pengantar
Kitab Yunus
Yunus
adalah salah satu tokoh Alkitab yang sangat terkenal, terutama cerita tentang
dirinya di perut ikan selama tiga hai tiga malam karena dia lari dari perintah
Tuhan. Kitab nubuatan Yunus ini berbeda
dengan kitab nubuatan yang lain karena menceritakan tentang biografi dari Yunus
sendiri dan tidak terlalu mencerminkan khotbah yang dikhotbahkannya. Yunus
digambarkan sebagai orang yang nasionalis, pro-Israel namun anti daerah asing
misalnya Asyur. Secara implisit Yunus adalah seorang nabi yang berdedikasi,
disiplin, berkemauan kuat, keras kepala. Namun, ia juga seseorang yang men coba untuk melawan kehendak Allah.
Penulis
dari kitab Yunus sendiri belum diketahui, namun narator dari kitab ini adalah
narator tunggal yang hidup setelah tahun 612, yaitu setelah Niniwe jatuh ke
Babel dan telah hancur. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata “menjadi”
dalam bentuk yang lampau yang menggambarkan kota Niniwe dalam 3:3. Pertanyaan
yang dapat diajukan adalah mungkinkah penulis dari kitab Yunus ini adalah Yunus
sendiri? Sebenarnya bisa saja penulis kitab Yunus adalah Yunus sendiri, tetapi hal
itu bisa terjadi jikalau Yunus telah benar-benar bertobat dan dengan rendah
hati mengkarakterisasi dirinya sendiri dan bahkan seperti mempermalukan dirinya
sendiri. Kitab Yunus ini juga dapat dituliskan oleh pihak ketiga karena kitab
Yunus ini dengan konsisten mengkritik sikap hidup Yunus dan membeberkan
kemunafikan, ketidakkonsistenan dari Yunus sendiri dan tidak mungkin seorang
narator mencela dirinya sendiri.
Kemungkinan
kitab ini ditulis sekitar 750-250 SM. Sebagian besar dari ungkapan yang
dianggap asli dalam kitab ini adalah bahasa Aram Imperial (dan arena itu
ketika ditemukan di Perjanjian Lama, bukti tanggal kemungkinan dari tahun 587
SM). Kitab Yunus sangatlah berbeda dengan kitab-kitab nabi lainnya, sehingga
alasan penempatannya di kanon nubuatan nabi ke-15 memunculkan banyak perdebatan.
Beberapa ilmuan telah mengajukan agar kitab Yunus ditempatkan sebagai midrash
pada satu nabi lainnya karena kitab ini memiliki keserupaan dengan kisah Elisa
dan Elia.
Pesan
yang ingin disampaikan dari kitab ini bukan hanya mengajarkan kita untuk tidak
seperti Yunus, lebih dari itu kitab ini menekankan kepada pembaca pada
karakter dan kekuatan Tuhan serta mengajak pembaca secara implisit untuk
berpikir seperti apa Tuhan itu. Selain itu, kitab ini mengajarkan kepada pembaca
tentang pengampunan, dan kunci pesan yang ingin disampaikan dalam kitab ini
adalah pertanyaan ganda di 4:4 dan 4:9 “Apa gunanya Anda marah?” dan tidak
dapat dipungkiri bahwa setiap kita memiliki “Yunus” di dalam diri kita,
sehingga sangat penting bagi kita merenungkan pertanyaan ini.
Penulis:
Nelis Daka
Trinanda Adelvina Samben
Yohannes Yogi Ferdi
Penulis:
Nelis Daka
Trinanda Adelvina Samben
Yohannes Yogi Ferdi