Sabtu, 05 Agustus 2017

Manfaat Reformasi Zwingli Bagi Pendidikan Kristen



Manfaat Reformasi Zwingli Bagi Pendidikan Kristen
(Dasar-dasar Sejarah dan Sosiologi)

 Reformasi Kristen adalah gerakkan abad ke-16 yang bertujuan untuk mengembalikan kekristenan kepada otoritas Alkitab. Gerakkan ini timbul akibat adanya penyimpangan otoritas gereja dan kebangkitan humanisme ilmu pengetahuan dan kesenian yang dimanfaatkan untuk kepentingan agama (McGrath, 2006). Reformasi memiliki kaitan erat dengan Renaissans.  Renaissans dan Reformasi muncul sebagai akibat perlawanan gigih terhadap dominasi lembaga kepausan dan gereja abad pertengahan (Suhelmi, 2007 hal. 144). Salah satu tokoh dari Reformasi adalah Zwingli. Zwingli adalah tokoh Reformasi Reformed yang berusaha memperbaharui moral dan peribadahan gereja agar lebih sesuai dengan pola yang terdapat dalam Alkitab. Reformasi harus dijalankan secara cepat (Sastromihardjo, 1999).
Setiap Peristiwa yang terjadi Allah berdaulat dan Allah ada di dalamnya. Allah adalah pelaku utama di dalam sejarah. Para tokoh Reformasi adalah Gambar dan Rupa Allah sehingga Reformasi juga dapat diaplikasikan dalam lingkungan pendidikan Kristen. Allah menciptakan semua orang dengan karunia yang unik sehingga mereka dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dan mempercayainya (Van Brummelen, 2008 hal. 131). Para tokoh Reformasi diberikan karunia untuk mengetahui kebenaran yang terdapat dalam Alkitab.  Guru Kristen adalah reformator yang hendak melawan konsep yang keliru dalam dunia pendidikan. Membela kebenaran dan keadilan adalah bagian dari menaati perintah Kristus dan harus menjadi bagian pelengkap dari persekolahan (Van Brummelen, 2009 hal. 15). Sebagai contoh, seorang guru Kristen harus menekankan nilai kebenaran yang mutlak baik dalam nilai kognitif, psikomotor dan afektif.
Pengenalan akan Alkitab yang dilakukan oleh Para reformator melalui mengembalikan otoritas Alkitab adalah contoh yang terbaik dalam menegakkan prinsip pendidikan yang berotoritas pada Alkitab dan berpusat pada Kristus. Dalam 2 Raja-raja 23:3 dikatakan bahwa “Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan TUHAN untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu. Berpegang pada ajaran Alkitab, membaca Alkitab dan merenungkannya serta mewujudkan firman Allah dalam hidup adalah keharusan. Contohnya, ketika seorang guru Kristen mengajar, ia harus bertindak sesuai dengan Firman Tuhan, menjadi teladan yang baik dalam bertutur kata, bertindak dan berpikir.
Reformasi juga bertujuan untuk mengembalikan doktrin keimaman yang benar yaitu bahwa setiap orang di dalam Kristus adalah Imam.  Tuhan memanggil setiap guru adalah imam (Van Brummelen, 2009 hal. 38). Dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”. Melalui firman ini diminta untuk melayani, berdoa dan berperan sebagai seorang imam. Sebagai contoh di sekolah, seorang guru kelas harus membantu siswa dalam melaksanakan tugas dan memberi kesaksian yang benar.
Setiap guru harus mempunyai kepekaan pimpinan Tuhan dan mempunyai motivasi yang sungguh-sungguh jujur dan taat kepada Tuhan (Setiawani & Tong, 2014 hal. 75). Reformasi yang dapat dilakukan bagi seorang guru Kristen dalam Pendidikan adalah menerapkan nilai-nilai Alkitabiah dalam proses pembelajaran yang telah hilang dan jarang dipraktekan dalam dunia pendidikan. Sebagai guru Kristen, kita harus menyadari peran kita dalam mereformasi pemikiran siswa supaya tetap berfokus pada Alkitab sebagai standar yang mutlak untuk setiap pengetahuan. Dengan demikian, kita harus memiliki relasi yang baik dengan Kristus melalui membaca Alkitab, merenungkan Firman, dan berdoa serta melayani dengan penuh kasih serta mengakui otoritas Allah di dalam segala aspek kehidupan kita. 


McGrath, A. (2006). Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta: Gunung Mulia.
Sastromihardjo, A. (1999). Reformasi dalam perspektif Sanjono. Jakarta: Yayasan Obor        Indonesia.
Setiawani, M. & Tong, S. (2014). Seni Membentuk Karakter Kristen. Surabaya: Momentum.
            Suhelmi, A. (2007). Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Van Brummelen, H. (2008). Batu Loncatan Kurikulum: Berdasarkan Alkitab. Jakarta:  Universitas Pelita Harapan.
        Van Brummelen, H. (2009). Berjalan dengan Tuhan di dalam Kelas. Jakarta: Universitas Pelita Harapan.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanda Gereja yang Sejati.

3 Tanda Gereja yang sejati Oleh Nelis Daka Menurut Calvin, seorang reformator mengatakan bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan. Menurut...