Selasa, 05 Juni 2018

Belajar dari Penderitaan


Belajar dari penderitaan
Oleh Nelis Daka

Pada dasarnya tidak ada orang yang suka menderita. Orang-orang berusaha menjauhi yang namanya penderitaan. Manusia diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah. Allah pencipta segala yang ada dalam alam semesta ini. Dasar Allah untuk menciptakan segala sesuatu  adalah kasih (Verkuyl, 1998 hal. 72). Allah sangat  mengasihi manusia serta membentuk relasi dengan manusia. Akan tetapi relasi ini rusak akibat ketidaktaatan manusia. Manusia jatuh kedalam dosa serta terpisah dari Allah. Inilah awal  manusia mengalami hal-hal yang berbeda pada awal ketika hidup bersama dengan Allah. 

Penderitaan melatih iman dan kesabaran kita, memperdalam kerinduan kita pada kerajaan Allah. Karena itu hubungan antara iman dan penderitaan ini menjadi hal yang penting bagi keselamatan kita (http://members.tjc.org).

Penderitaan pada dasarnya tidak disebabkan oleh Allah. ketika mengalami penderitaan kita cenderung bertanya kepada Allah “mengapa saya menderita? Dimana engkau Tuhan dan mengapa saya harus menderita? Manusia mengalami penderitaan yang berbeda, ada yang menderita karena sakit, penganiayaan dan lain-lain. 

a.   Belajar dari Ayub

 Salah satu tokoh Alkitab yang terkenal dan mampu mengatasi penderitaan adalah Ayub. Kisah dari Ayub ini merupakan jawaban orang-orang yang mengklaim bahwa penderitaan datang dan disebabkan oleh Allah. Ayub adalah orang saleh, jujur dan takut akan Allah (Ayub 1:1). Mengapa Ayub harus menderita? Penderitaan Ayub terjadi bukan karena Allah. Ayub mengalami penderitaan sebagai ujian dari imannya kepada Allah. Iblis menilai Ayub taat karena Allah memberikan harta dan melindungi Ayub. Namun, bagi Allah Ayub taat karena imannya. Dari perbedaan pendapat inilah muncul ujian iman kepada Ayub. Iman Ayub tetap kokoh dan tidak mampu diganggu oleh penderitaan (Tong, 1999 hal. 42).

Dapat menderita bagi Kristus merupakan hal yang terpuji tetapi kita mungkin masih merasa sulit menanggungnya. Pada saat penderitaan, kita mungkin tidak dapat melihat jalan di depan kita, tetapi kita harus sabar dan percaya bahwa Roh Allah menyertai kita (1 Pet 4:14). Sikap demikian mengarahkan hati kita kepada kasih Allah dan kepada kesabaran Kristus (2 Tes 3:5). Kita akan fokus pada janji kita kepada-Nya  dalam berbuat baik (1 Pet 4:19). Dengan cara demikian, kita akan mengikuti teladan Kristus yang tetap sabar ketika Ia dicaci-maki (1 Pet 2:23). Dengan demikian, kita dapat melepaskan diri dari beban kekuatiran (http://members.tjc.org).

Penderitaan Ayub sebagai contoh bagaimana seharusnya hidup sebagai orang yang percaya kepada Allah. Ia tetap mengandalkan Allah dalam segala keadaan. Ketika ia menderita hidupnya semakin dekat dengan Allah. Oleh karena itu, penderitaan bisa dipakai Allah sebagai sarana untuk menguji iman kita kepadaNya.

b.   Penderitaan sebagai bagian yang harus kita lalui

Kekristenan tidak bisa dipisahkan dari penderitaan. Memikul salib adalah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan bahwa orang Kristen tidak terlepas dari penderitaan. Dengan kata lain menjadi pengikut Kristus bukan hal yang gampang harus ada harga yang dibayar yaitu penderitaan. 

Dalam katoliknews.com, Iman Kristiani membantu kita memahami bahwa penderitaan yang dihayati dalam kesatuan dengan Kristus merupakan jalan menuju kesatuan dengan dia dalam sukacita kebangkitan. Karenanya tak perlu disesali, tetapi diterima dan dijalani dalam kesatuan dengan Dia yang mengundang kita untuk datang kepada-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat 11:28-30).

Dalam Roma 8:28-29 disana dikatakan bahwa dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikkan. Manusia pada umumnya hanya menerima hal yang baik saja dan menolak hal yang tidak baik. Dalam hal apapun kita bisa melihat campur tangan Tuhan yang baik. penilaian kita tidak seperti penilaian dari Allah. Ingat, kita ini ciptaan bagaimana kita tahu hal yang dilakukan dan dipahami oleh Pencipta Kita. Jadi, persiapkan dirimu untuk menjalani hidup ini dalam keadaan apapun.

Refrensi
https://katoliknews.com/2016/09/27/penderitaan-dan-perspektif-kristiani/ diakses Sabtu, 2 Juni 2018.
http://members.tjc.org/sites/en/id/Lists/Santapan%20Rohani/Memahami%20Penderitaan.aspx diakses Minggu, 4 Juni 2018.
Tong, S. (1999). Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia. Surabaya: Momentum
Verkuyl, J. (1998). Inti Iman Kristen. Salatiga: Lembaga Studi dan Pengembangan GKJ.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanda Gereja yang Sejati.

3 Tanda Gereja yang sejati Oleh Nelis Daka Menurut Calvin, seorang reformator mengatakan bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan. Menurut...