Belajar dari penderitaan
Oleh Nelis Daka
Pada dasarnya tidak ada orang yang suka menderita. Orang-orang
berusaha menjauhi yang namanya penderitaan. Manusia diciptakan menurut Gambar
dan Rupa Allah. Allah pencipta segala yang ada dalam alam semesta ini. Dasar
Allah untuk menciptakan segala sesuatu
adalah kasih (Verkuyl, 1998 hal. 72). Allah sangat mengasihi manusia serta membentuk relasi
dengan manusia. Akan tetapi relasi ini rusak akibat ketidaktaatan manusia.
Manusia jatuh kedalam dosa serta terpisah dari Allah. Inilah awal manusia mengalami hal-hal yang berbeda pada
awal ketika hidup bersama dengan Allah.
Penderitaan melatih iman dan kesabaran kita,
memperdalam kerinduan kita pada kerajaan Allah. Karena itu hubungan antara iman
dan penderitaan ini menjadi hal yang penting bagi keselamatan kita (http://members.tjc.org).
Penderitaan pada
dasarnya tidak disebabkan oleh Allah. ketika mengalami penderitaan kita
cenderung bertanya kepada Allah “mengapa saya menderita? Dimana engkau Tuhan
dan mengapa saya harus menderita? Manusia mengalami penderitaan yang berbeda, ada yang
menderita karena sakit, penganiayaan dan lain-lain.
a. Belajar dari Ayub
Salah satu tokoh Alkitab yang terkenal dan
mampu mengatasi penderitaan adalah Ayub. Kisah dari Ayub ini merupakan jawaban
orang-orang yang mengklaim bahwa penderitaan datang dan disebabkan oleh Allah.
Ayub adalah orang saleh, jujur dan takut akan Allah (Ayub 1:1). Mengapa Ayub
harus menderita? Penderitaan Ayub terjadi bukan karena Allah. Ayub mengalami
penderitaan sebagai ujian dari imannya kepada Allah. Iblis menilai Ayub taat
karena Allah memberikan harta dan melindungi Ayub. Namun, bagi Allah Ayub taat
karena imannya. Dari perbedaan pendapat inilah muncul ujian iman kepada Ayub.
Iman Ayub tetap kokoh dan tidak mampu diganggu oleh penderitaan (Tong, 1999 hal.
42).
Dapat
menderita bagi Kristus merupakan hal yang terpuji tetapi kita mungkin masih
merasa sulit menanggungnya. Pada saat penderitaan, kita mungkin tidak dapat
melihat jalan di depan kita, tetapi kita harus sabar dan percaya bahwa Roh
Allah menyertai kita (1 Pet 4:14). Sikap demikian mengarahkan hati kita kepada
kasih Allah dan kepada kesabaran Kristus (2 Tes 3:5). Kita akan fokus pada
janji kita kepada-Nya dalam berbuat baik
(1 Pet 4:19). Dengan cara demikian, kita akan mengikuti teladan Kristus yang
tetap sabar ketika Ia dicaci-maki (1 Pet 2:23). Dengan demikian, kita dapat
melepaskan diri dari beban kekuatiran (http://members.tjc.org).
Penderitaan Ayub
sebagai contoh bagaimana seharusnya hidup sebagai orang yang percaya kepada
Allah. Ia tetap mengandalkan Allah dalam segala keadaan. Ketika ia menderita
hidupnya semakin dekat dengan Allah. Oleh karena itu, penderitaan bisa dipakai
Allah sebagai sarana untuk menguji iman kita kepadaNya.
b. Penderitaan sebagai bagian yang harus kita
lalui
Kekristenan tidak
bisa dipisahkan dari penderitaan. Memikul salib adalah istilah yang sering
dipakai untuk menggambarkan bahwa orang Kristen tidak terlepas dari
penderitaan. Dengan kata lain menjadi pengikut Kristus bukan hal yang gampang
harus ada harga yang dibayar yaitu penderitaan.
Dalam katoliknews.com, Iman Kristiani membantu kita memahami bahwa penderitaan yang
dihayati dalam kesatuan dengan Kristus merupakan jalan menuju kesatuan dengan
dia dalam sukacita kebangkitan. Karenanya tak perlu disesali, tetapi diterima
dan dijalani dalam kesatuan dengan Dia yang mengundang kita untuk datang
kepada-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat 11:28-30).
Dalam Roma 8:28-29
disana dikatakan bahwa dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan
kebaikkan. Manusia pada umumnya hanya menerima hal yang baik saja dan menolak
hal yang tidak baik. Dalam hal apapun kita bisa melihat campur tangan Tuhan
yang baik. penilaian kita tidak seperti penilaian dari Allah. Ingat, kita ini
ciptaan bagaimana kita tahu hal yang dilakukan dan dipahami oleh Pencipta Kita.
Jadi, persiapkan dirimu untuk menjalani hidup ini dalam keadaan apapun.
Refrensi
https://katoliknews.com/2016/09/27/penderitaan-dan-perspektif-kristiani/
diakses Sabtu, 2 Juni 2018.
http://members.tjc.org/sites/en/id/Lists/Santapan%20Rohani/Memahami%20Penderitaan.aspx diakses Minggu, 4 Juni 2018.
Tong, S. (1999). Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia. Surabaya:
Momentum
Verkuyl, J. (1998). Inti Iman Kristen. Salatiga: Lembaga Studi dan
Pengembangan GKJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar