Manusia dan Akal Budi
Oleh Nelis Daka
A. Pendahuluan
Manusia adalah
makhluk yang unik dari segala makhluk yang diciptakan Tuhan. Manusia diciptakan
berbeda dari makhluk yang lainnya. Hanya manusia yang memiliki akal budi. Akal
budilah yang menjadikan manusia unik dari segala ciptaan. Keunikan inilah yang
membedakan manusia dengan ciptaan lainnya. Dengan akal budi yang dimiliki
manusia, manusia memiliki pertimbangan moral dari setiap keputusan yang
diambilnya.
Akal budi manusia
mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhannya. Semakin ia dewasa, akal
budi manusia semakin lebih baik. sejak manusia jatuh dalam dosa, akal budi
manusia sudah tercemar dalam dosa. Kecenderungan akal budi manusia memutuskan
untuk bertindak, berpikir untuk melakukan dosa. Pembaharuan akal budi harus
diperlukan untuk hidup lebih baik lagi.
Melalui esay ini penulis akan membahas topik
mengenai manusia dan perkembangan akal budi. Topik ini penulis akan membahas
mengenai penciptaan manusia, definisi akal budi dan perkembangannya serta tujuan
Allah memberikan akal budi kepada manusia. Melalui dari pendukung topik di atas
penulis berharap agar pembaca mengerti betapa pentingnya akal budi dalam
keberadaan manusia di muka bumi ini.
B. ISI
1. Penciptaan Manusia
Manusia adalah
makhluk hidup. Teori mengenai asal usul makhluk hidup berbeda-beda. Menurut teori Abiogenesis yang dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli
filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno, bahwa makhluk hidup yang pertama
berasal dari benda tak hidup. Teori ini dilawan oleh teori biogenesis dimana
tokohnya adalah Francesco Redi (1626-1697), Lazaro Spallazani (1729-1799) dan
Louis Pasteur (1822-1895). Dari hasil percobaan yang dilakukan oleh Louis
Pasteur muncullah teori biogenesis yang menyatakan bahwa “omne vivum ex ovo,
omne ovum ex vivo”, yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari telur,
setiap telur berasal dari makhluk hidup” (Sumarjito, 2002) h. 114-117).
Berdasarkan teori Abiogenesis dan teori Biogenesis
dapat kita melihat perbedaan mengenai asal usul manusia. Dalam perspektif
Kristen, manusia diciptakan langsung oleh Allah menurut gambar dan rupa Allah.
Manusia diciptakan Allah serupa dengan Tuhan secara mental, spiritual, dan
jasmaniah serta memiliki keunikan yaitu kemampuan rasionalnya (Knight, 2009 h.
246-247). Manusia ada dan bisa hidup karena Allah. Penciptaan manusia berbeda
dari penciptaan makhluk hidup lainnya. Manusia dibentuk secara langsung oleh
Allah tanpa melalui firman. Selain itu juga, manusia diberikan akal budi
sehingga manusia dapat menjaga dan mengelola bumi dengan baik. Akal budi
merupakan keunikan atau ciri khas yang membedakan manusia dengan ciptaan
lainnya.
2. Definisi akal budi dan Perkembangannya
Akal budi merupakan percakapan yang paling berharga
oleh karena akal budi menawarkan pengetahuan dunia sekuler, selain itu
menantang dogma dan juga takhayul, serta mengatur keinginan dan nafsu yang ada
dalam pikiran manusia (Parekh, 2008). Akal budi adalah aspek penting dalam
hidup manusia, bukan hanya dalam hal pengambilan keputusan tetapi akal budi
yang sehat juga membantu manusia
menyeimbangkan setiap aspek didalam hidupnya.
Akal budi adalah
pemberian Tuhan di dalam kehidupan manusia yang dengan akal budi manusia dapat
berpikir sehat dan berpikir secara runut (Huijbers,
1982). Akal budi manusia
memiliki perkembangan dalam tahapan perkembangan hidupnya. Tahapan ini
biasanya dimulai dari sejak kelahiran sampai remaja akhir. Seperti yang lumrah
terjadi yaitu ketika bayi belajar mengenali dan berbicara. Berikut adalah
tahapan perkembangan akal budi manusia menurut Peaget dalam buku Pendidikan
Agama Kristen karya Thomas Groome “ tahap sensori motor (sejak lahir - 2
tahun), tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-12
tahun), dan tahap operasional formal (12 - 12 tahun ke atas)” (Groome, 2010).
Kekristenan
mempercayai adanya kehendak bebas dalam diri setiap manusia. Pertanyaannya
adalah apakah ada hubungan antara akal budi dan kehendak bebas? Jawabannya
adalah tentu saja ada, karena dalam proses kehidupan, manusia pasti akan ada
masa dimana harus mengambil sebuah keputusan di antara banyak pilihan. Dalam
hal ini akal budi dan kehendak bebas akan bekerja aktif dalam pengambilan
keputusan yang terbaik.
3. Tujuan Allah
memberikan akal budi kepada manusia
Manusia bukanlah
robot yang dikendalikan atau tanpa kehendak bebas. Kemampuan
berpikir adalah pemberian Allah yang patut disyukuri dan menjadi tanggung jawab
kita untuk menggunakannya dengan baik. Sebagai mahkota ciptaan, manusia sangat berbeda dari
ciptaan lainnya. Allah menciptakan akal budi semata-mata
untuk kepentingan kita dan untuk kemuliaan Allah. Tantangan manusia dalam mengembangkan
akal budinya adalah saat mereka mengetahui perbedaan di antara sesamanya, terutama bagi orang
Kristen tantangannya ketika mereka diperhadapkan oleh iman mereka dengan
pemikiran modern (Jr, 2003).
Dalam Roma 12: 2
dikatakan bahwa “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna”. Dalam Matius 22:37 dikatakan bahwa “Kasihilah Tuhan
Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu” (Matius 22:37).
Dari kedua ayat kita melihat betapa pentingnya akal budi. Dengan akal budi yang
baik kita bisa mengerti kehendak Allah, apa yang baik, berkenan dan sempurna.
Selain itu, akal budi merupakan sarana untuk mengasihi Allah.
Pengetahuan atau
akal budi manusia sangat terbatas. Apa yang ditemukan manusia hanyalah refleksi
yang samar-samar dan dangkal tentang penciptaan Allah yang kaya tanpa batas
(Van Brummelen, 2008). Hal ini
terjadi akibat manusia telah jatuh dalam dosa. Manusia lebih cenderung
melakukan tindakan-tindakan yang terlihat baik namun tetap dalam motivasi yang
salah, hal ini diakibatkan karena akal budi manusia telah digelapkan oleh dosa (Wellem, 2004). Ini adalah fakta yang harus
kita terima dengan keberadaan kita setelah kejatuhan manusia dalam dosa.
Melihat dari pemahaman di atas kita harus sadari bahwa
kita tidak mampu lagi mengerti kehendak Allah. Contohnya, seorang anak kecil
tanpa diajari berbohong pasti akan berbohong dengan sendirinya. Oleh karena
itu, dalam konteks pendidikan para guru harus paham akan hal ini. Para murid
sudah jatuh dalam dosa dan cenderungannya adalah melakukan tindakan yang tidak
benar di hadapan Allah.
C. Kesimpulan
Manusia adalah ciptaan Allah yang sangat unik.
Keunikan manusia ditandai dengan adanya akal budi. Akal budi manusia mengalami
perkembangan yang tidak terlepas dari tanggung jawab. Dengan adanya akal budi
dalam diri manusia, Allah memberikan mandat untuk beranak cucu
dan menguasai bumi (Kej. 1:28). Untuk menjalankan ini, kita perlu belajar akan
ciptaan Tuhan dan mencari apa yang tersembunyi dalam ciptaan Allah. Dengan
melakukan ini, kita belajar akan keagungan Tuhan dan menumbuhkan kemampuan kita
untuk memuji dan memuliakan Allah.
Seluruh
pengetahuan, ilmu, sains,
matematika, seni, filsafat, kedokteran
dan sebagainya adalah semata-mata pengkategorian yang dilakukan oleh manusia.
Karena itu, seluruh pendidikan untuk orang-orang Kristen haruslah berpusat pada
Allah karena hal itu akan menyingkapkan keagungan ciptaan Allah. Ratu dari
pendidikan ilmu pengetahuan haruslah Teologi Alkitabiah. Kita harus tahu bahwa sumber utama pengetahuan adalah
dari Tuhan (Amsal 1:7). Oleh karena itu, dengan adanya akal budi seharusnya
menolong manusia untuk memahami identitasnya sebagai gambar dan rupa Allah,
dimana Allah sendirilah yang membentuk manusia, memberikan akal budi serta
nafas kehidupan untuk memuliakan Dia disepanjang hidup manusia.
Refrensi
Groome,
T. H. (2010). Christian Religious Education. Jakarta: Gunung Mulia
Huijbers, D.T.
(1982). Filsafat hukum dalam lintas sejarah. Yogyakarta: Kanisius
Jr, G.E. (2003). Dengan
Segenap Akal Budi. Jakarta: Gunung Mulia
Knight, G.R. (2009). Filsafat dan Pendidikan:
Sebuah Pendahuluan dari Perspektif Kristen. Jakarta: Universitas Pelita
Harapan.
Parekh, B. (2008). Rethinking Multiculturalism.
Yogyakarta: Kanisius
Sumarjito. (2002). Panduan Belajar Kelas 12 SMA IPA.
Yogyakarta: Primagama
Van Brummelen, H. (2008). Batu Loncatan Kurikulum.
Jakarta: Universitas Pelita Harapan
Wellem, F. (2004). Injil dan Marapu. Jakarta:
Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar