Hukum
kedua serta Implikasinya dalam Pendidikan
“You
shall not make for yourself on idol”
Hukum yang kedua ini memiliki
prinsip moral yaitu Worship to God
(Ibadah kepada Allah). Penyembahan sejati hanya kepada Allah saja. Setiap penyembahan yang tidak kepada Allah
adalah salah atau tidak benar. Hukum kedua ini menuntut ketundukan penuh hanya
kepada Allah. Prinsip ini membawa kita keluar dari ibadah yang salah atau
keliru kepada ibadah yang sejati yaitu penyembahan yang hanya tertuju kepada
Allah.
The commandment has two parts. The first
restrains our license from daring to subject
God, who is incomprehensible, to our sense perceptions, or
to represent him by any form. The second part forbids us to worship any
images in the name of religion (Decalogue John
Calvin).
1.
Restrains our
license from daring to subject
God, who is incomprehensible, to our sense perceptions, or to represent him by any form.
Dari point ini ada sebuah tuntutan untuk hanya tunduk
kepada Allah saja. Ketundukan ini adalah ketundukan seluruh kehidupan (total).
Dalam hal ini ada prioritas yang jelas dalam menjalani kehidupan ini. Arah penyembahan menjadi sangat jelas yaitu
hanya kepada Allah saja.
2.
Forbids
us to worship any
images in the name of religion
Point yang kedua ini adalah bentuk larangan untuk
memuja gambar dalam bentuk apapun. Hal ini sama halnya dengan membuat bangsa
Israel sama dengan bangsa yang ada disekitar mereka. Ciri mereka yang berbeda
dengan kepercayaan atau penyembahan kepada Allah adalah dengan tidak memuja
atau membuat patung atau gambar yang menyerupai Allah.
Tujuan dari hukum
kedua ini adalah memberikan pandangan seperti apa penyembahan (Worship) atau
ibadah kepada Allah yang benar. Ibadah yang benar dan sah adalah ibadah yang
ditentukan oleh Allah sendiri. Ibadah diluar yang telah ditentukan oleh Allah
tidak sah (not lawful worship). Ibadah yang sah adalah ibadah yang bersifat
spiritual yaitu menyembah dalam roh dan kebenaran. Oleh karena itu, ibadah yang
sejati atau sah tidak harus dibarengi dengan seremonial atau upacara-upacara
keagamaan.
Penyembahan yang bukan kepada Allah merupakan
menyembahan yang menodai keilahian Allah. Fokus ibadah atau pusat penyembahan
kita adalah Allah. Standar ibadah yang dipakai adalah standar Allah. Prioritas
dalam hidup ini adalah penyembahan kepada Allah. Jika prioritas hidup kita
bukan Allah berarti kita sedang tidak menyembah Allah yang sejati. Oleh karena
itu, dilarang menyembah, berdoa dan memohon kepada allah-allah
lain selain Allah serta dilarang melakukan ibadah atau penyembahan yang salah
atau yang tidak sesuai dengan ketetapan Allah.
Implikasi dalam dunia
pendidikan
Melihat dari penjelasan di atas, banyak hal yang seharusnya tidak kita
lakukan. Sebagai contoh tujuan atau prioritas hidup kita. Prioritas hidup kita
harusnya Allah yang lebih utama bukan karier, kekuasaan ketenaran dan
kesuksesan. Di dalam Pendidikan Kristen seharusnya kita memberitakan kebenaran
ini yaitu penyembahan sejati hanya kepada Allah saja. Setiap kegiatan kerohanian
yang ada di sekolah seperti devosi guru atau siswa, pelajaran agama harus pusat
utamanya adalah Allah.
Mengapa kita harus belajar? Tujuan utama dalam belajar adalah untuk
mengenal Allah. Belajar untuk takut akan Tuhan, menghormati serta tunduk pada otoritas
Allah termasuk di dalamnya bagaimana kita beribadah kepada Allah. Ibadah yang
dilakukan dalam pendidikan bukan hanya ibadah yang bersifat tidak penting atau
hanya pelengkap kurikulum. Ibadah yang benar dan sejati pasti mengubah hidup
begitu juga dalam belajar. Ibadah yang berpusat kepada Allah membuat siswa dan
guru:
1.
Hormat kepada Allah
Ibadah apapun yang kita lakukan
seharusnya merupakan ibadah yang berlndasakn hormat kepada Allah. seperti yang
sudah dijelaskan di awal bahwa hukum kedua ini menuntut kita untuk tunduk hanya
kepada Allah. Sikap tunduk kita kepada Allah adalah bentuk hormat kita kepada
Allah karena Ia telah menjaga dan memelihara hidup kita. Rasa hormat kepada
Allah ini terlihat lewat setiap hal yang kita kerjakan dalam dunia Pendidikan.
Apakah setiap hal yang kita kerjakan tujuannya untu kemuliaan Allah atau untuk
kemuliaan diri.
2.
Kagum kepada Allah
Melalui ibadah
yang kita lakukan seharusnya membuat kita kagum akan karya Allah dalam hidup
kita. Hal yang bisa kita lakukan dalam Pendidikan adalah menyertakan
siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan dengan pengalaman hidup mereka. Selain itu juga, seorang guru harus menyertakan
siswa dalam pengalaman-pengalaman
kehidupan rohani yang semakin mengasah rasa kagum mereka kepada Allah.
3.
Bersyukur kepada Allah
Bersyukur kepada Allah atas pemeliharaan dan penyertaannya dalam hidup
kita. Melalui ibadah biarlah siswa atau para murid belajar untuk bersyukur
kepada Allah. Mereka masih diberikan kesempatan untuk belajar juga merupakan
anugerah yang seharusnya membuat mereka bersyukur. Bersyukur dan kagum kepada
Allah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dalam setiap pembelajaran atau
materi yang disampaikan seharusnya membuat siswa kagum dan bersyukur kepada
Allah yang adalah sumber hikmat, pengetahuan dan kebenaran.
Ibadah adalah penyembahan kepada Allah yang melebih
dari upacara-upacara yang terbatas buatan manusia. Penyembahan atau ibadah
kepada Allah tidak terlepas dari perbuatan kita. Seluruh kehidupan kita seharusnya menjadi penyembahan kita kepada Allah.
Prioritas dalam hidup ini seharusnya untuk kemuliaan Allah.
Refrensi
Calvin, J. Decalogue: Explanation of The Moral Law
(The Ten Commandments)
Materi dari mata kuliah Etika Kristen, Kamis 1 Oktober 2018.