Rabu, 18 Juli 2018

Kesalehan Ayub dicobai (Ayub 1:1-5;20-22)



Kesalehan Ayub dicobai
Ayub 1:1-5;20-22
Ayub merupakan salah satu tokoh yang terkenal dalam Alkitab yang berasal dari tanah Us. Tanah Us dalam perikop ini tidak diketahui secara jelas karena gambaran yang diperoleh hanyalah daerah sebelah timur. Pada Ayat 15 dan ayat 17, kita dapat menyimpulkan bahwa Us tidak jauh dari daerah orang-orang Syeba dan orang-orang Kasdim. Menurut Walker C.K. (2004), gaya hidup Ayub yang terwujud dalam sikap takut akan Allah dapat disamakan dengan gaya hidup Abraham (Kej. 22:12), Yusuf (Kej. 42:18) dan para bidan bagi orang-orang Ibrani yang dalam belenggu Mesir (Kel. 1:15-17). Ayub adalah orang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Kesalehan Ayub dalam perikop ini disebutkan sebanyak dua kali, satu kali oleh narator (ayat 1) dan satu kali oleh Allah (ayat 8). Pengulangan kesalehan Ayub adalah hal penting. Hal ini menjadi penting karena Ayub menderita karena kesalehannya.
Pada ayat 2-3 kita melihat mengenai apa yang dimiliki oleh Ayub. Ia mendapatkan tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. Angka tujuh merupakan angka yang kesempurnaan dan tiga adalah banyak (Robinson, 1876, h. 6). Anak-anak Ayub yang laki-laki sudah memiliki rumah masing-masing. Mereka mengadakan pesta menurut giliran mereka masing-masing serta mengundang saudari perempuan mereka untuk makan dan minum bersama. Anak-anak Ayub sangat hidup harmonis. Selain memiliki keluarga yang sempurna, ia juga memiliki tujuh ribu kambing domba, tiga ribu unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan banyak budak-budak. Domba-dombanya menyediakan pakaian dan makanan; unta dan keledai menyediakan transportasi; dan lembu menyediakan makanan dan susu, dan kekuatan untuk membajak (Zuck, 1978, h. 14).
Perikop ini masih memiliki keterkaitan dengan pasal selanjutnya. Pada pasal satu berbicara mengenai kesalehan Ayub yang diuji melalui kehilangan harta dan anak-anaknya. Sedangkan pasal dua berbicara mengenai kesalehan Ayub yang diuji melalui penyakit. Kedua pasal ini berbicara mengenai kesalehan Ayub yang sedang diuji. Perikop ini memberikan pelajaran yang sangat menarik yaitu mengapa orang yang saleh dan banyak harta harus mengalami pencobaan atau penderitaan? Perikop ini memberikan gambaran yang jelas mengenai kehidupan Ayub, baik kehidupan pribadinya dan juga anak-anaknya. Ayub mengalami pencobaan yang terjadi dalam satu hari saja (Wilson, 2007, h. 27). Ia kehilangan semua harta dan anak-anaknya mati. Ayub memberikan respon yang sulit untuk dipahami oleh manusia pada zaman ini.
Kehidupan Ayub serta relasinya dengan Anak-anaknya
Pada perikop ini sangat jelas penekanannya mengenai kesalehan Ayub. Ayub dikenal sebagai orang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Kesalehan Ayub bukanlah hanya cerita semata melainkan benar-benar terjadi menurut kesaksian penulis (narator) dan dari Allah. Ayub tidak mau melihat anak-anaknya hidup dalam dosa terlebih mengutuki Allah. Oleh karena itu, Ayub tetap menjaga dan memelihara hidup yang benar agar tetap diberkati dan dipelihara oleh Allah (Seow, 2013 h. 255). Ayub mengkhawatirkan anak-anaknya telah berbuat dosa sehingga ia selalu mempersembahkan korban ketika anak-anaknya selesai membuat pesta. Pengorbanan dilakukan untuk menguduskan anak-anaknya (Kravitz, L. S. & Olitzky, K. M., 2017 h. 1).  Ia selalu mempersembahkan korban bakaran untuk penghapusan dosa anak-anaknya. Sedangkan dalam hal kekayaan, ia memberikan rumah atau kenyamanan bagi anak-anaknya. Ia memberikan kenyamanan bagi anak-anaknya sekaligus kebebasan untuk mengadakan pesta menurut giliran masing-masing.
Berbeda halnya pada zaman sekarang ini. Kekayaan biasanya memberikan dampak buruk dalam hal kehidupan rohani. Orang-orang cenderung tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Kekayaan digunakan untuk hal-hal yang tidak baik seperti pesta pora (mabuk-mabukan), korupsi, seks bebas bahkan jatuh dalam narkoba (Daka, 2018). Selain itu, relasi antara orang tua dan anak tidak baik. Waktu bagi orang tua untuk bersama dengan anak-anaknya sudah berkurang. Orang tua sudah disibukkan dengan pekerjaan sehingga anak-anak kehilangan role model dalam keluarga mereka sendiri. Anak-anak butuh orang tua yang selalu menemani mereka dalam segala keadaan. Oleh karena itu, peran orang tua terutama ayah sangat diperlukan sebagai kepala keluarga.
Ayub kehilangan kekayaan dan anak-anaknya
Ayub mengalami penderitaan sebagai ujian dari kesalehannya. Ujian kesalehan Ayub merupakan ujian yang mendatangkan kebaikan.  Ujian ini bermula ketika Allah memberitahukan kepada iblis bahwa Ayub merupakan orang paling tersaleh dibumi (ayat 8). Kata-kata provokatif Yahweh mengarah pada konflik dengan setan dan kesepakatan bersama mereka untuk menguji Ayub dengan penderitaan (Habel, 1985, h. 27). Iblis berkata bahwa Ayub takut kepada Allah karena kekayaannya dan Allah menjaganya. Iblis meminta Allah untuk mengambil kekayaan Ayub untuk menguji ketaatannya dan Allah mengizinkan Ayub dicobai. Pencobaan Ayub terjadi pada ayat 13-19. Ayub kehilangan harta serta anak-anaknya semua. Melalui semua ini, terdapat prinsip penting yang dapat diambil dari perikop ini yaitu penderitaan bukan datang dari Allah. Penderitaan atau hal-hal yang tidak menyenangkan sudah menjadi bagian karakteristik dari kehidupan dunia ini (Karman, 2009, h. 163). Dalam penderitaan Allah tetap berdaulat atas hidup kita. Allah tidak merancang sesuatu yang jahat. Apapun yang terjadi dalam hidup ini tetap berada dalam kedaulatan Allah.
Allah mengizinkan penderitaan terjadi karena Allah memiliki tujuan. Dengan keterbatasan pikiran manusia, manusia mencoba memahaminya yang berujung pada kekecewaan.  Kecenderungan manusia yang sudah terbiasa dengan kebaikan dari Allah sangat rentan dalam mengalami masalah. Manusia hanya menerima hal yang baik dan menolak hal yang buruk. Manusia sudah mulai menyalahkan Allah atas penderitaan yang terjadi. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan bagi kita yang mengaku taat atau percaya kepada Allah. Sebagai contoh ada yang bunuh diri (gantung diri) karena banyak masalah atau karena penyakit tertentu yang sulit diobati (Daka, 2018).  Ada juga yang malahan meninggalkan Allah atau menjadi atheis ketika mengalami masalah yang sangat sulit. Ada juga hamba Tuhan yang cerai karena keadaan ekonomi seperti di daerah saya.
Respon Ayub ketika menghadapi pencobaan
Penderitaan Ayub adalah penderitaan yang hanya diketahui oleh narator, Allah dan iblis. Pencobaan dan penderitaan-penderitaan tidak hanya disebabkan oleh keadaan hidup, lingkungan, tindakan orang lain atau kesalahan sendiri di belakang semuanya itu iblis juga bekerja dan berusaha menjatuhkan orang saleh serta menghancurkan iman dan kesetiaannya kepada Tuhan (Green, 2004, h. 128). Sebagai manusia biasa adalah wajar kalau Ayub mengeluh dan menyalahkan Allah. Dalam ketidaktahuan Ayub atas masalah yang ia alami, Ayub tidak berbuat dosa ketika meresponi semuanya.
Respon Ayub ketika mendengar semua peristiwa yang terjadi adalah Ayub berdirilah lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, sebagai tanda perkabungan dan kesedihan yang sangat mendalam dan berbeda dari kesedihan biasa kemudian sujudlah ia dan menyembah (Zuck, 1978, h. 17). Selain itu, ia juga berkata: "dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!". Ayub menyadari bahwa pada dasarnya ia tidak memiliki apa-apa. Semua kekayaan dan apapun yang ia miliki merupakan pemberian Allah. Tidak semua orang  tahan terhadap penderitaan seperti yang dialami Ayub, namun kalau kita mengalami penderitaan kita  harus dijalani. Seperti pencobaan yang dialami oleh Ayub demikian juga dalam hidup kita yang tidak terlepas dari pencobaan. Banyak hal yang tidak kita pahami terjadi dalam hidup kita. Semua ini tidak menjadi alasan kita lari dan semakin menjauh dari Allah.
Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa:
1.       Kesalehan harus berdampak bagi orang lain terutama keluarga kita.
2.       Melalui kesengsaraan dan penderitaan, kesalehan bisa teruji.
3.       Penderitaan bukan berasal dari Allah.
4.       Dalam hal yang tidak baik, Allah bisa mengejakan sesuatu yang baik.
Kesalehan bukan hanya sekedar tontonan yang palsu (topeng) yang sering diperlihatkan oleh orang-orang yang kelihatan rohani. Banyak orang yang mengaku saleh tetapi tidak sesuai dengan karakter dan gaya hidup mereka.  Bukti nyata dari kesalehan hidup kita perlu dilihat dan disaksikan oleh orang lain melalui tindakan dan perilaku sehari-hari. Dibutuhkan kesadaran diri dan kepercayaan penuh kepada Allah atas rencanaNya dalam hidup ini.
Penderitaan memang menyakitkan seperti yang dialami Ayub. Namun, penderitaan bukan menjadi alasan kita lari dan semakin menjauhi Allah. Hal yang kita lakukan adalah percaya kalau Allah akan menolong. Penderitaan bukanlah hal yang harus ditakuti melainkan sesuatu hal yang harus kita jalani. Allah sanggup dan memampukan kita untuk menjalani setiap ujian dalam hidup ini. Kuncinya adalah percaya serta milikilah hubungan yang erat dengan Allah serta mintalah Allah untuk tetap menolong kita dalam menghadapi pencobaan. Seperti Ayub mampu menyelesaikan ujian atau pencobaan dengan tidak berdosa kepada Allah, maukah kita hidup sesuai dengan kehendak Allah dan berharap hanya kepada Allah saja? Allah memiliki tujuan dalam hidupmu. Pasti Tuhan akan menolong ketika kita mengalami masalah.

Refrensi 
Daka, N. (2018). Contoh-contoh aplikatif.
Green, D. (2004).  Pengenalan Perjanjian LamaMalang: Gandum Mas.
Habel, N. C. (1985). The book of Job: A Commentary. Philadelphia: The Westminster Press.
Karman, Y. (2009).  Bunga Rampai Teologi Perjanjian LamaJakarta: BPK Gunung Mulia.
Kravitz, L. S. & Olitzky, K. M. (2017). The Book of Job: a modern translation and commentary. Eugene: Wipf and Stock Publihers.
Robinson, T. (1876). Homiletical commentary on the book of Job, Vol 15. London: Richard D. Dicrinson.
Seow, C. L. (2013). Job 1-2: Interpretation and Commentary. Michigan: Grand Rapids.
Walker, C.K. (2004). Teologi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.
Wilson, G. H. (2007). Job (understanding the bible commentary series. Unite States: Grand Rapids.
Zuck, R. B. (1978). Job: Everymen’s Bible Commentary. Chicago: The Moody Bible Institut Press.

1 komentar:

Tanda Gereja yang Sejati.

3 Tanda Gereja yang sejati Oleh Nelis Daka Menurut Calvin, seorang reformator mengatakan bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan. Menurut...